Senin, 28 November 2011

Cintaku

| | 0 comment

                                                Cintaku
R

embulan menyinari malam yang gelap. Bintang-bintang menemani rembulan yang menyendiri. Kini setiap malam, ku menunggu datangnya seorang pangeran dari negeri antah berantah. Untuk ku jadikan pendamping diriku.
«««
Kubuka jendela kamarku. Kuhirup udara sedalam-dalamnya. Hhh… hari yang cerah!!! Burung-burung berkicau dengan merdunya. Pasti menyenangkan diantara mereka. Terbang bebas di udara. Aku bersiap untuk mandi dan mengawali hari ini dengan senyuman.
“ Adek!!! Kamu jadi ikut nggak sich? Dah siang nih! ”.
“ Iya, iya! Aku mandi dulu dech! ”.
                                                          «««
Waow… Hari ini benar-benar cerah secerah hatiku. Memang segar jogging dengan kakak. Melihat pemandangan di kanan-kiri jalanan yang masih bersih. Dan…
Woii!! Jangan ngelamun dong! Ntar kesambet! ”.
Kini pandangan mataku beralih pada cowok keren berkacamata yang menghampiriku.
“ A… Alex?! ” kataku terbata-bata.
Tuch ‘kan kesambet beneran. ”.
“ He…he… Yup, karena setannya ada di sebelahku ini.” kataku sambil mendorong pundak Alex. Alex hanya menoleh ke kanan dan kiri sekelilingnya. Aku hanya berdecak melihatnya.
“ Sapa sich setannya? ”.
“ Kamu, Lex. Biasa aja kale… ”.

“ Pada ngeributin apa’an sich? Rame banget. Ni, kakak beli’in ice cream buat kalian berdua. Gratis kok!! ”. Tiba-tiba kakak menghampiri.
Nggak biasanya, baik banget ke aku? ” godaku. Kakak melihatku tajam. “ Hiih… aku jadi takut. I’m afraid, now.
Lagak lu, Dri! Makan tuch es-nya! ” ejek Alex. Yey… terserah aku dong. Tapi emang es-nya mencair. Makaci, Lex. Aku tak bisa mengucapkannya.
«««
Yes… hari ini ketemu Alex. Kenapa keren abiz dia? Cool bangetBut, where is my bracelet? It’s my life
Aku sibuk mencari gelangku. Walau hanya gelang imitasi dan biasa aja. Menurutku itu berharga.
“ Kak Andre tau gelangku, nggak? ”.
“ Gelang yang mana? Yang warna putih dan bermotif bunga itu? ”.
He’eh. Dimana-dimana? ” tanyaku penuh semangat.
Mmmhhnggak tau juga. Tapi tadi waktu jogging masih ada ‘kan? Hilangnya kapan sich? ”.
“ Aku nggak tau kapan ilang-nya. Tau-tau waktu ngelamun di taman, aku baru sadar gelangku nggak ada. Itu ‘kan dari Alex. Uups… ”.
Kakak tersenyum sinis kepadaku. Aku hanya bisa menyumpal mulutku sendiri. Tiba-tiba… Kakak berlari ke mama. Aduh…
“ Ma… Adek, ma… ”.
                                                          «««
“ Kakak!!! Ma, jangan di dengerin ucapan kakak!!! ” pintaku pada mama.
“ Ma, ma… Adek……… gelangnya hilang! Mama tau nggak? ”. Apa?! KakakSyukurlah!!
“ Gelang yang bunga-bunga itu? Mama sich nggak tau sama sekali. ”.

Sewaktu berjalan menuju balcon rumah…
“ Makasih ya, kak. Kakak baik dech! ”. Kakak hanya mengedipkan matanya dan tersenyum.

Pe’er numpuk!!! Susah banget lagi soal-soalnya! Kak Andre lagi walking-walking ma pacarnya. Papa mama nggak bias. Haduh…
“ Kenapa kamu nggak ke rumahnya Alex, Andri? Alex ‘kan pinter! ”. Kumat dech mama, muji-muji orang lain.
“ Iya dech. Aku berangkat! ”.
                                                          «««
Jam tanganku sudah menunjukkan angka 11. Tapi, mana sosok orang yang kucari-cari? Alex, harus berapa kali aku memencet bel rumahmu ini?
“ Andri! Maaf aku baru tau kalau kamu datang kemari. I’m sorry, because I’m cooking for my lunch, now. Maklum, ortu pergi dan aku sendirian. Untung ada kamu. Sudah berapa lama kamu menunggu di sini? ”.
“ Iya, aku maafin. Cuma 5 menit kok. ” jawabku dengan lembut.
“ Ada apa kamu kemari? ” kata Alex sambil menutup pintu. Aduh… kenapa pintunya ditutup, Lex? Aku malu nih.
Napa pipimu memerah? ”.
“ E… eh… anu…emmh… nggaknggak pa-pa kok. Aku mau tanya pe’er doang.”. Andai kamu tau, Lex kamu keren banget.
                                                          «««
Kruyuk… kruyuk…
“ Kamu laper, Lex? Udah sana makan dulu. Nanti sakit lho! Lagian pe’ernya udah selesai ‘kan! ”.
“ Eh… iya dech… Tapi kamu gimana? Kamu ‘kan belum makan siang? Makan ma aku, yuk? ”. Aku hanya tersenyum. Ini kesekian kalinya aku diperhati’in Alex.
“ Emh!!! Masakanmu kok asin banget? ” kataku terkejut.
Masa’ sich? ”. Setelah Alex mencicipi masakannya, rasanya ingin meludahkan apa yang dimakannya itu. “ Bener, Dri. Masakanku keasinan. Maklum nggak bisa masak. ” Alex mengatakannya dengan malu-malu.
Udah dech, biar aku yang masakin. Nyante aja. Tapi bantu aku sedikit aja, ya? ”. Aku segera mengambil bahan-bahan masakan yang akan kubuat.
Aroma masakan yang kubuat untuk Alex begitu menggoda. Sampai-sampai aku hampir ngiler melihatnya. Pasti sedap banget nih! Pinter masak juga gue.
“ Sumpah gile. Enak banget masakan lu, Dri. Sering-sering masakin aku ya? Yang enak lho?! ”. Aku hanya tersipu malu.
“ Ahh… nggak usah segitunya kale… ”. Tanpa sepengetahuanku, Alex mengamati lengan dan wajahku. ???.
“ Mmmh… Dri. Nanti malam kamu ke sini lagi ya? Kamu nggak ada acara ‘kan? ” kata Alex dengan serius. Apa ini rasanya orang diajak nge-date? Kaget setegah mati aku! Aku mengangguk tanda menyetujui ajakannya.
                                                          «««
Wah… udah jam setengah 6 malam! Siap-siap nih, dandan yang cantik oke, baju bagus oke, wangi oke banget.  Aku siap! Aku berangkat!
Eh… Alex udah di depan rumahku! Deg…deg…deg… Lho! Kenapa jantungku berdegup kencang seperti ini?
“ Hai, Lex. Udah lama? ” tanyaku malu-malu untuk memulai pembicaraan antara kami. Tak kusangka, dia lebih keren dengan dandanan seperti itu.
“ Eh… anu… ehm…nggak, barusan kok. Mmmh… kamu… kamu… cantik banget malam ini. ” kata Alex malu-malu. Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam? Setahuku Alex orangnya dingin pada semua orang. Tapi baru kusadari, kalau padaku dia baik setengah mati? Apa jangan-jangan…?
“ Eh… makasih. Kamu juga keren banget hari ini. ”. Hei! Apa yang aku katakan.
Akhirnya, kami jalan-jalan ke alun-alun kota dengan dibonceng Alex plus motor kesayangannya. Kami berhenti disebuah taman kota yang dihiasi bunga-bunga yang bermekaran pada malam hari dan lampu-lampu indah.
“ Kamu pinter banget kalau milih tempat, Lex? ”.
“ Ah… ini belum seberapa! Ayo ketempat duduk itu! ” ajaknya sambil menunjuk sebuah kursi taman kosong yang dikelilingi bunga-bunga.
Setelah aku dan Alex duduk. Tiba-tiba Alex duduk lebih dekat ke aku. Deg…deg… Haduh… berdegup kencang lagi.
“ Gelangmu yang aku beri mana? Hilang? ”.
Aduh… gimana mau ngomongnya? Pasti Alex marah nih. Gawat!!! “Anu… tadi waktu jogging ma kamu dan Kak Andre, tau-tau hilang. Maaf, Lex.”.
Oh no…! Alex megang tanganku! Kelihatannya dia mengambil sesuatu di saku celananya. “ Nih, kuberi  yang lebih baik dan bagus dari yang kemarin. Bagus ‘kan? ”. Ternyata dia memberiku kalung yang bermotif bunga dan kupu-kupu. Dan dia memakaikannya padaku. So sweet
Aku hanya terdiam saat Alex memakaikan kalungnya padaku. Senang gembira, terharu, terpesona, dan melayang-layang rasanya. Perasaan ini semakin mendukung cintaku pada Alex. “ Thanks, Lex. You are so sweet for me?  ”kataku dengan berani.
Your welcome. Thanks for your… your… love? ”. APA!!! Alex! Tau darimana dia? “ I’m love too. My love for you. Bagaimana nerima aku nggak nih? ”.
                                                          «««
Nggak kusangka, kemarin malam Alex nembak duluan. Kukira aku yang mau nembak duluan. “ Thanks, Lex. Aku ingin nerima kamu sebagai pacar, tapi maaf aku bukannya menolak. Aku lebih nge-utamain sekolahku dulu. Aku mau kalau jadi sahabat sejatimu. ”. Hhh… aku menjawab pertanyaannya dengan jelas. Namun waktu aku menjawabnya, tidak ada rasa kecewa di raut wajahnya. Alex malah memelukku dan mencium dahiku. Dan lagi, dia menciumbibirku. “ Ini ciuman pertamaku untukmu. Aku mau jadi sahabat sejatimu. ” kata Alex.
Biarlah, Lex. Aku hanya bisa menyimpan perasaanku ini. Tapi maaf, itulah jawabanku. Aku hanya bisa jadi sahabat terbaikmu. Dan biar kusimpan dan kupakai kalungmu ini sebagai tanda ku mencintaimu, untuk selamanya. Dan ciuman pertamamu juga ciuman pertamaku juga.
2010, 2011, cute, diary, heart, love“ Hei! Cepetan! Jangan nulis diary mulu! Keburu telat, nih! ” kata Alex mengejutkanku. Yup, mulai penembakan itu, setiap pagi dia menjemputku.
“ Iya, iya.”. Kututup diaryku dan kumasukkan ke dalam tas ransel.
“ Eh, boleh nggak sekali-kali aku menganggapmu pacarku? ”. Aku hanya mengangguk. “ Oke, sayang ayo kita ke sekolah bersama. ” canda Alex.
“ Iya ayang. Ayo! ” candaku juga.
“ Gila loe!! ” ejek Alex. Kami tergelak tawa, saling mengejar, dan memukul karena candaan Alex dan aku. Alex… Alex…                          ¶¶¶
Read more...

Selasa, 22 November 2011

| | 0 comment

Read more...

Paragraf Narasi

| | 0 comment

Pengertian Paragraf Narasi
Paragraf Narasi adalah paragraf yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa secara kronologis (dalam kesatuan waktu tertentu) dengan mengutamakan adanya tindak-tanduk (perbuatan aktif) dari tokoh disertai ilustrasinya. Penulis berusaha membawa pembaca larut dalam cerita sehingga seolah-olah mereka elihat dan mengalamisendiri perstiwa tersebut.

1. Ciri-Ciri Paragraf Narasi
Menurut Keraf (2000 : 136)
§  Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
§  Dirangkai dalam urutan waktu.
§  Berusaha menjawab pertanyaan "apa yang terjadi?"
§  Ada konfiks.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003 : 31) sebagai berikut:
§  Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.
§  Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
§  Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
§  Memiliki nilai estetika.
§  Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri yang dikemikakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.

Secara umum paragraf narasi mempunyai beberapa ciri berikut ini :
1)       Menguraikan atau mengisahkan suatu peristiwa.
2)     Menyajikan atau membangun alur.
3)      Mengutamakn faktor kronologis atau waktu.
4)     Menggali sumber ide dari kejadian nyata atau pegembangan imajinasi (fiktif)
Oleh karena itu, tidak semua topik dapat dikembangkan menjadi paragraf narasi. Hanya topik yang sesuai dengan ciri-ciri tersebut yang dapat dikembangkan menjadi paragraf narasi.

2. Pola Paragraf Narasi
Pola pengembangan paragraf narasi dapat ditinjau dari dua segi, yaitu berdasarkan jenis kronologi yang digunakan dan berdasarkan sumber ide penulisannya.

1)   Berdasarkan Jenis Kronologi
Berdasarkan jenis kronologinya, paragraf digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

a)   Paragraf Narasi Kronologis Waktu
Paragraf ini disusun dengan mengutamakan tinjauan pada urutan waktu terjadinya peristiwa. Penulis menyajikan cerita sejak awal hingga akhir dengan alur lurus (plot linear) tanpa ada kejutan. Hal itu akan mengakibatkan paragraf menjadi tidak menarik atau membosankan. Contohnya berikut ini :
Pada pagi buta, saat matahari masih jauh tersembunyi, ia sudah berangkat menuruni bukit dengan sebakul sayuran di punggungnya. Dengan harapan ketika matahari terbit sudah bertemu dengan pedagang di pasar. Tidak banyak yang diharapkan, beberapa lembar ribuan cukup untuk keperluan hari itu. Tanpa menghiraukan kelelahannya, ketika matahari mulai naik, ia menuju ladang dan baru pulang bersama hasil panennya menjelang sore.

b)   Paragraf Narasi Kronologis Peristiwa
Paragraf ini disusun dengan mengutamakan urutan penting atau menariknya peristiwa, mendahulukan kejadian penting sebagai kejutan, baru dilanjutkan ke hal-hal yang kurang penting sebagai penjelasan. Contohnya berikut ini :
Akhirnya bom itu meledak dan menghancurkan perkampungan mereka. Semua hancur berkeping tanpa sisa. Tidak ada lagi benda atau bangunan yang masih utuh. Suasana hening dan sunyi, seperti tanpa kehidupan. Hanya asap yang masih mengepul dimana-mana. Tidak satu pun manusia yang masih hidup tampak di tempat itu. Suasana hening kian mencekam saat tercium kematian.

2)   Berdasarkan Sumber Ide
Sementara, berdasarkan sumber idenya, paragraf narasi dikelompokkan sebagai berikut :

a)   Paragraf Narasi Ekspositoris
Paragraf narasi ekspositoris adalah paragraf narasi yang menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian berdasarkan penalaran. Penulis bertujuan menambah pengetahuan pembaca melalui uraian perisiwa yang disajikan. Narasi ekspositoris digolongkan mejadi  dua, yaitu sebagai berikut :

1.    Narasi Ekspositoris Umum
Paragraf ini disusun berdasarkan peristiwa yang sudah biasa terjadi, sering atau berulang-ulang terjadi. Contohnya berikut ini :
Seperti biasa Ibu bangun pagi-pagi sekali. Sehabis salat subuh bersama Ayah. Ibu mulai sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Pertama-pertama beliau merebus air ntuk membuat susu dan teh. Lalu, mencuci beras dan memasukkannya ke rice cooker. Selain itu, memotong sayuran dan meracik bumbu. Suara penggorengan mulai terdengar . Aroma masakan Ibu mulai tercium.

2.    Narasi Ekspositoris Khusus
Paragraf ini disusun berdasarkan kejadian istimewa yang dialami seseorang atau masyarakat. Peristiwa tersebut mungkin hanya terjadi satu kali dalam kehidupan seseorang sehingga tidak pernah terulang pada kesempatan berikutnya. Contohnya berikut ini :
Hari itu, Ais merasa tidak tenang dan gelisah. Semua pelajaran di sekolah tidak ada yang masuk dalam pikirannya. Ketika bel berbunyi tanda peajaran hari itu berakhir. Ais langsung mengemasi peralatan sekolahnya dan buru-buru pulang. Sesampainya di depan rumah, Ais tampak kaget. Rumahnya penuh dengan orang. Dengan keheranan, Ais masuk ke dalam rumah. “Sabar ya, Ais.”  kata seorang sanak saudaranya. “Ada apa, Tante?” balasnya bertanya. Orang yang dipanggilnya Tante kemudian mengantarya masuk ke dalam kamar ibunya. Di dalam kamar itu telah terbujur di atas tempat tidur tak bergerak. Seketika Ais jatuh pingsan.

b)   Paragraf Narasi Sugestif
Paragraf narasi sugestif adalah paragraf narasi yang menguraikan suatu kejadian berdasarkan khayalan (imajinasi). Penulis berusaha member makna atas peristiwa atau kejadian pengalama atau pelajaran dalam kehidupan. Paragraf ini sering ditemukan dalam cerita rekaan, seperti cerpen, novel, atau roman. Contohnya berikut ini :
Demikianlah ia berpikir-pikir pada suatu petang, ketika matahari hampir terbenam. Tatkala ia duduk di kebun, yang di belakang rumah mereka, sedang anaknya yang laki-laki bermain di tempat itu. Mariamin yang berumur dua belas tahun itu sedang mengerjakan pelajaran yang dibawanya dari sekolah. Tampaklah anaknya mengambil sepotong kayu hendak memukul kupu-kupu yang hinggap pada sekuntum bunga melati. Akan tetapi, dengan sebentar itu juga ia berlari, lalu menangkap tangan anaknya.
Read more...

Pesawat Kertas Kita

| | 2 comment

Disinilah tiap sore diriku bersama Bayu, sahabat kecilku. Ditemani angin sepoi, hamparan rumput yang menghijau, serta deru mesin pesawat-pesawat yang akan berangkat menelusuri langit dan yang datang menyentuh bumi. Disini juga kami selalu mencurahkan segala isi hati kami pada pesawat-pesawat kertas yang kami buat, sejak kecil. Disini juga kami menerbangkannya ke langit, menerbangkannya setinggi mungkin.
***
“ Hei… Bayu!!! Jangan nulis yang aneh-aneh lho! Nanti kalo pesawatnya ditemukan bu guru, kita bisa dimarahin. “
“ Enggaklah… Tenang aja, “
“ Kata bu guru kan kita gak boleh mengumpat atau menggunjing orang. Atau gak boleh membicarakan orang di belakangnya. “
“ Hahaha… Iya iya. Aku nulis dulu ahh… “
“ Nulis apa an sih? Kok dari tadi belum selesai? ”
“ Rahasia. Hehehe… ”
“ Huh… Pelit! ”
Bayu hanya tersenyum menjawab kekesalanku. Aku masih penasaran dengan apa yang ditulis Bayu di kertas itu.
“ Boleh gak aku baca, Bay? “
“ E…ehh… gak boleh!!! Tahu rahasia gak? ”
“ Iya deh iya… Ayo pulang. Kita udah dipanggil tuh. PRku belum selesai nih. Masih SD aja, soalnya susah-susah. ”
“ Sabar ahh… Memang itu tugas kita. Kalo kita gak diberi PR, gimana dapat nilainya? “
“ Iya juga sih… Ayo cepat! “
“ Sebentar aku mau menerbangkan pesawat kertas ini. “
Sesaat pesawat kertas itu diterbangkannya ke langit biru. Namun pesawat itu jatuh, segera Bayu mengambilnya kembali. Gagal. Ia menyimpannya ke dalam kantong kecilnya.
***
“ Males ahh… Kayak anak kecil tau! ”
“ Ya udah terserah. “ Bayu menyunggingkan senyum manisnya sambil menulis berbagai pesan dan curahan hatinya.
“ Dan lagi,  Tuhan gak mungkin menerima pesawat-pesawat kita. Tempat kita dan Tuhan saja berbeda. “
“ Tapi Tuhan itu Maha Tahu, Ta. “
“ Hhhh~… Iya deh terserah. Tapi betul juga sich. Tetep aja aku males.“
Kertas yang diberikan Bayu aku buang begitu saja. Aku hanya melihat gerak-gerik tangan Bayu yang sedang menulis. Rahasia, sungguh dirahasiakan olehnya. Aku mengacuhkannya terhadap apa yang dilakukannya. Ku rebahkan tubuhku di hamparan rumput hijau, menikmati angin semilir.
“Heh… Jangan tidur disini. Dasar Ratu Molor. ” ejek Bayu sambil terkekeh.
“ Ihh… Siapa yang tidur? Orang cuma rebahan. “. Bayu ikut merebahkan tubuhnya. Sejenak ia memejamkan mata. Baru kali ini, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Mataku menatap wajahnya secara seksama. Ada yang aneh di wajahnya… Jantungku tiba-tiba berdegup kencang. Kenapa ini?
“ Hei!!! Ngapain ngeliatin gue sampai segitunya? “. Langsung saja kualihkan pandanganku ke arah langit. Hhhh… salah tingkah deh.
“ Ihh… Ge’er siapa yang ngeliatin loe? “
“ Heh… Mata gue belum merem tadi. Jadi bisa ngeliat loe ngapain aja tadi. “
“ Apa’an sih? Gue ngeliat langit gini. “
“ Bo’ong. “. Tiba-tiba Bayu terkekeh dan mendorongku.
“ Heiii!!! ”. Aku membalas dorongannya. Kami pun saling mengejar dan bercanda tawa.
Tiba-tiba saja Bayu berhenti mendorongku. Dia hanya tersenyum. “ Kamu lebih cantik tersenyum. ” puji Bayu. Dan meninggalkanku begitu saja.
Aku hanya terdiam. Terkejut, gembira, kecewa, dan berbagai perasaan campur aduk menjadi satu. Terkejut dan gembira mendengar kata-kata yang diucapkan Bayu, kecewa dan sedih melihat Bayu yang meninggalkanku begitu saja. Apa yang dia maksud dari kata-kata yang diucapkannya dan tingkahnya itu? Ada yang berubah pada dirinya. Tapi apa? Jantungku berdegup begitu kencang. Kenapa lagi jantungku ini? Hhhh… aku pun pergi meninggalkan tempat itu.
***
Sejak hari itu, Bayu menghilang dari pandanganku. Tiap kali berangkat sekolah, jam istirahat, pulang sekolah, dan nongkrong di lapangan dekat bandara, kami selalu bersama. Namun beberapa hari ini…? Hilang bagai ditelan bumi. Tatapan teman-temannya juga berbeda dari biasanya. Marah? Tidak. Kecewa? Juga tidak. Sedih? Karena apa?. Dengan rasa penasaranku, kutemui Adi, teman sebangkunya, di koridor kelas ditemani Lia, teman sekelasku.
“ Ehh… Si Bayu kemana, Di? ”
“ Eh… Emm… Bayu ya? Emm… Dia kan gak masuk. “
“ Kenapa dia gak masuk? ”
“Emm… Kamu gak tau ya? Bayu kan… emm… Bayu kan… sakit. “
“ Sakit apa? Ada apa sih? Kok kayak ada yang disembunyiin gitu. “ paksaku. Adi terdiam sejenak.
“ Emm… Bayu… Bayu sakit… sakit kanker hati. ”
“ Bwahahahahaha… Ngaco’ loe!!! Orang tiga hari yang lalu dia sehat wal’afiat kok.  Masih seger buger lagi. ”
Loe yang ngaco’! Dia udah lama punya tuh penyakit sejak tiga tahun yang lalu. Loe kan sahabat karibnya? Masa’ gak tau? “. Aku hanya terdiam mendengar kata-kata yang diucapkan Adi. Tiba-tiba dadaku sakit, jantungku berdebar kencang, dan kakikku lemas. Aku jatuh terduduk. Lia dan Adi segera membantuku berdiri.
Bayu… Kenapa kau menyembunyikan semua ini? Kemanakah Bayu yang kuat dan tegar sekarang? Pergikah? Kemana? Yang pasti, Bayu yang kuat dan tegar itu akan pergi jauh. Entah kemana. Dan sekarang aku sadar. Aku mencintaimu Bayu.
***
Loe jahat Bay. Kenapa dari dulu loe gak bilang kalo punya penyakit se-serius ini? Loe emang bisanya ngagetin gue mulu. Gue tahu berita ini aja dari Adi, bukan dari mulut loe sendiri. “
“ Hahaha… terus kalo gue omongin ke loe, loe mau nggebukin gue sampai gue nangis darah di depan loe gitu? “
“ Ya enggaklaaah… Tapi kenapa? “
Gue gak mau loe sedih di depan gue. Gue maunya loe selalu tersenyum di depan gue. “. Kami terdiam sejenak. Aku hanya tersipu malu. Tiba-tiba…
“ Tata, gue akui. Gue suka sama loe. “ ungkap Bayu yang sontak mengagetkanku. Aku menjawab ungkapannya dengan memeluknya. Air mataku menetes begitu saja. Iba melihat ketegaran Bayu dibalik penderitaannya.
Gue juga Bay. Gue suka sama loe. “
***
Tiga bulan pun berlalu, berjalan seiring dengan waktu. Akhirnya Bayu melewati masa-masa kritisnya. Bayu kembali menjalani hari-harinya seperti biasa.
Hari itu juga, tepat tiga bulannya hari jadiku dengan Bayu sebagai kekasih. Bayu mengajakku ke lapangan dekat bandara, seperti biasanya. Ia sudah menyiapkan beberapa lembar kertas. Aku langsung menuliskan curahan hatiku pada beberapa lembar kertas. Begitu juga dengan Bayu. Aku pun mencoba merayu Bayu agar aku bisa membaca salah satu curahan di kertas-kertas itu.
“ Bay… boleh gak gue membaca salah satu tulisan loe di kertas-kertas itu? “. Sontak Bayu berhenti menulis dan menyimpan kertasnya.
“ Emm… jangan ya. Belum saatnya loe tahu. “. Aku hanya terdiam melihat tingkah lakunya. Malu. Ingin tahu saja diriku ini. Aku tak memaksanya lagi. Kulanjutkan tulisanku tadi.
Beberapa menit kemudian, aku dan Bayu menerbangkannya ke langit. Hhhh… lega rasanya.Berbagai penat di hati juga dapat terbuang. Aku dan Bayu duduk kembali di hamparan rumput.
“ Ta…? “
“ Hmm…? “
“ Kalo sudah waktunya gue dipanggil Yang Kuasa, tolong jangan menyerah atas apa yang terjadi, jangan males-malesan, dan jangan sedih saat gue tinggal nanti. Ya…? “
“ Iya sayang… Aku turutin kok. “ ucapku dengan perasaan sedih yang begitu mendalam. Rasanya sakit saat engkau pergi jauh…jauh sekali dari diriku. Dan engkau tak mungkin akan kembali lagi.
“ Baguslah. Biar gue tenang disana. Terima kasih.“ ucap Bayu dengan senyuman indahnya. Aku hanya membalas senyumnya. Namun aku tak berani menatapnya, tak berani menjawabnya. Aku takut dia tahu, kalau aku begitu sedih melihatnya, dan juga pada saat dia pergi. Aku takut ia melihat air mataku yang jatuh di pipi ini. Tetes demi tetes.
***
Hhhh… Baru lima hari masuk sekolah, Bayu tak masuk lagi. Mungkin penyakitnya kambuh. Penyakit yang se-serius itu dengan umurnya yang masih muda. 17 tahun. Rasanya sepi hari ini tanpa dirinya.
Tiba-tiba saja dadaku sesak dan terasa sakit, jantungku juga berdebar kencang. Ada apa ini? Tiba-tiba saja aku memikirkan Bayu. Kuraih handphone-ku, dan kutelpon dia. Tak ada yang menjawab. Ada apa ini? Perasaan panikku mulai menjadi-jadi. Segera aku mengajak Adi untuk ke rumah Bayu. Untungnya jam pelajaran usai.
Beberapa menit dari sekolah, di depan gang rumahku dan Bayu, bendera kuning berkibar. Pikiranku kepada Bayu langsung tak enak. Lekas aku turun dari sepeda motor Adi, dan bergegas menuju rumah Bayu. Mama mencegahku masuk ke rumah Bayu. Mama memelukku sambil menangis.
Kulihat dari salah satu sisi jendela rumah Bayu, terlihat Bayu terbujur kaku di ruang tamunya. Kulepaskan pelukan Mama dan bergegas menuju tubuh kaku Bayu. Aku terdiam dan terduduk lemas. Begitu pucatnya wajah Bayu. Kupegang tangan Bayu, dingin… dingin sekali. Kupeluk erat-erat tubuh Bayu. Bangun Bayu… ayo bangun! Tapi tetap saja kau tak mau bangun.
Kulihat Mama Bayu sudah setengah sadar, beliau terlihat tak mau menerima kenyataan ini. Kupeluk Mama Bayu, “ Ikhlaskan Bayu, tante. Ia tak mau melihat tante seperti ini. Ia telah berpesan seperti itu kepadaku. “. Aku pun larut dalam suasana itu. Lama-lama air mataku menetes, menganak sungai. Aku tak boleh menangis, tak boleh bersedih. Dia tak mau mendengar dan melihat tangisanku dari sana. Tiba-tiba Mama Bayu menyodorkan sekantong plastik yang berisikan kertas. Kertas-kertas yang tiap kali ditulis Bayu di lapangan, ia tulis kembali di kertas-kertas lain dan disimpannya.
***
Kini kutahu rahasia-rahasimu pada pesawat-pesawat kertas itu Bayu. Semua anganmu, semua impianmu, semua cita-citamu kepada orang-orang sekitarmu. Anganmu adalah ingin membahagiakan orang tuamu tanpa menyusahkan mereka. Impianmu adalah ingin hidup lebih lama lagi, dan ingin menghapus semua air mata orang sekitarmu. Cita-citamu adalah ingin bersama diriku lebih lama lagi, pergi mengelilingi dunia bersama cinta kita, dan apabila engkau pergi, kau berharap aku bersama orang yang tepat dan yang kucintai. Dan engkau berharap, aku tak bersedih dan meratapi kepergianmu yang jauh… jauh sekali dari diriku. Semoga kau tenang di sana. Akan kuterbangkan pesawat-pesawat kertas untukmu, setinggi mungkin. Akan kusimpan dan kukenang semua cerita kita hingga akhir hayatku. Selamat tinggal… Bayu...

Read more...

Search

WELCOME...

welcome...this is my world... you can enjoy this blog with my interesting post... :D
..selamat menikmati *hlo?

aLhaMduLiLLah yaa... :D

Followers

this is me!!!

Foto saya
Malang, Jawa Timur, Indonesia
my world is your world... this world can bring you, to go to teenage dream... :D

PaLing PoP deh...

Please Look at this :