Selasa, 22 November 2011

Pesawat Kertas Kita

| |

Disinilah tiap sore diriku bersama Bayu, sahabat kecilku. Ditemani angin sepoi, hamparan rumput yang menghijau, serta deru mesin pesawat-pesawat yang akan berangkat menelusuri langit dan yang datang menyentuh bumi. Disini juga kami selalu mencurahkan segala isi hati kami pada pesawat-pesawat kertas yang kami buat, sejak kecil. Disini juga kami menerbangkannya ke langit, menerbangkannya setinggi mungkin.
***
“ Hei… Bayu!!! Jangan nulis yang aneh-aneh lho! Nanti kalo pesawatnya ditemukan bu guru, kita bisa dimarahin. “
“ Enggaklah… Tenang aja, “
“ Kata bu guru kan kita gak boleh mengumpat atau menggunjing orang. Atau gak boleh membicarakan orang di belakangnya. “
“ Hahaha… Iya iya. Aku nulis dulu ahh… “
“ Nulis apa an sih? Kok dari tadi belum selesai? ”
“ Rahasia. Hehehe… ”
“ Huh… Pelit! ”
Bayu hanya tersenyum menjawab kekesalanku. Aku masih penasaran dengan apa yang ditulis Bayu di kertas itu.
“ Boleh gak aku baca, Bay? “
“ E…ehh… gak boleh!!! Tahu rahasia gak? ”
“ Iya deh iya… Ayo pulang. Kita udah dipanggil tuh. PRku belum selesai nih. Masih SD aja, soalnya susah-susah. ”
“ Sabar ahh… Memang itu tugas kita. Kalo kita gak diberi PR, gimana dapat nilainya? “
“ Iya juga sih… Ayo cepat! “
“ Sebentar aku mau menerbangkan pesawat kertas ini. “
Sesaat pesawat kertas itu diterbangkannya ke langit biru. Namun pesawat itu jatuh, segera Bayu mengambilnya kembali. Gagal. Ia menyimpannya ke dalam kantong kecilnya.
***
“ Males ahh… Kayak anak kecil tau! ”
“ Ya udah terserah. “ Bayu menyunggingkan senyum manisnya sambil menulis berbagai pesan dan curahan hatinya.
“ Dan lagi,  Tuhan gak mungkin menerima pesawat-pesawat kita. Tempat kita dan Tuhan saja berbeda. “
“ Tapi Tuhan itu Maha Tahu, Ta. “
“ Hhhh~… Iya deh terserah. Tapi betul juga sich. Tetep aja aku males.“
Kertas yang diberikan Bayu aku buang begitu saja. Aku hanya melihat gerak-gerik tangan Bayu yang sedang menulis. Rahasia, sungguh dirahasiakan olehnya. Aku mengacuhkannya terhadap apa yang dilakukannya. Ku rebahkan tubuhku di hamparan rumput hijau, menikmati angin semilir.
“Heh… Jangan tidur disini. Dasar Ratu Molor. ” ejek Bayu sambil terkekeh.
“ Ihh… Siapa yang tidur? Orang cuma rebahan. “. Bayu ikut merebahkan tubuhnya. Sejenak ia memejamkan mata. Baru kali ini, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Mataku menatap wajahnya secara seksama. Ada yang aneh di wajahnya… Jantungku tiba-tiba berdegup kencang. Kenapa ini?
“ Hei!!! Ngapain ngeliatin gue sampai segitunya? “. Langsung saja kualihkan pandanganku ke arah langit. Hhhh… salah tingkah deh.
“ Ihh… Ge’er siapa yang ngeliatin loe? “
“ Heh… Mata gue belum merem tadi. Jadi bisa ngeliat loe ngapain aja tadi. “
“ Apa’an sih? Gue ngeliat langit gini. “
“ Bo’ong. “. Tiba-tiba Bayu terkekeh dan mendorongku.
“ Heiii!!! ”. Aku membalas dorongannya. Kami pun saling mengejar dan bercanda tawa.
Tiba-tiba saja Bayu berhenti mendorongku. Dia hanya tersenyum. “ Kamu lebih cantik tersenyum. ” puji Bayu. Dan meninggalkanku begitu saja.
Aku hanya terdiam. Terkejut, gembira, kecewa, dan berbagai perasaan campur aduk menjadi satu. Terkejut dan gembira mendengar kata-kata yang diucapkan Bayu, kecewa dan sedih melihat Bayu yang meninggalkanku begitu saja. Apa yang dia maksud dari kata-kata yang diucapkannya dan tingkahnya itu? Ada yang berubah pada dirinya. Tapi apa? Jantungku berdegup begitu kencang. Kenapa lagi jantungku ini? Hhhh… aku pun pergi meninggalkan tempat itu.
***
Sejak hari itu, Bayu menghilang dari pandanganku. Tiap kali berangkat sekolah, jam istirahat, pulang sekolah, dan nongkrong di lapangan dekat bandara, kami selalu bersama. Namun beberapa hari ini…? Hilang bagai ditelan bumi. Tatapan teman-temannya juga berbeda dari biasanya. Marah? Tidak. Kecewa? Juga tidak. Sedih? Karena apa?. Dengan rasa penasaranku, kutemui Adi, teman sebangkunya, di koridor kelas ditemani Lia, teman sekelasku.
“ Ehh… Si Bayu kemana, Di? ”
“ Eh… Emm… Bayu ya? Emm… Dia kan gak masuk. “
“ Kenapa dia gak masuk? ”
“Emm… Kamu gak tau ya? Bayu kan… emm… Bayu kan… sakit. “
“ Sakit apa? Ada apa sih? Kok kayak ada yang disembunyiin gitu. “ paksaku. Adi terdiam sejenak.
“ Emm… Bayu… Bayu sakit… sakit kanker hati. ”
“ Bwahahahahaha… Ngaco’ loe!!! Orang tiga hari yang lalu dia sehat wal’afiat kok.  Masih seger buger lagi. ”
Loe yang ngaco’! Dia udah lama punya tuh penyakit sejak tiga tahun yang lalu. Loe kan sahabat karibnya? Masa’ gak tau? “. Aku hanya terdiam mendengar kata-kata yang diucapkan Adi. Tiba-tiba dadaku sakit, jantungku berdebar kencang, dan kakikku lemas. Aku jatuh terduduk. Lia dan Adi segera membantuku berdiri.
Bayu… Kenapa kau menyembunyikan semua ini? Kemanakah Bayu yang kuat dan tegar sekarang? Pergikah? Kemana? Yang pasti, Bayu yang kuat dan tegar itu akan pergi jauh. Entah kemana. Dan sekarang aku sadar. Aku mencintaimu Bayu.
***
Loe jahat Bay. Kenapa dari dulu loe gak bilang kalo punya penyakit se-serius ini? Loe emang bisanya ngagetin gue mulu. Gue tahu berita ini aja dari Adi, bukan dari mulut loe sendiri. “
“ Hahaha… terus kalo gue omongin ke loe, loe mau nggebukin gue sampai gue nangis darah di depan loe gitu? “
“ Ya enggaklaaah… Tapi kenapa? “
Gue gak mau loe sedih di depan gue. Gue maunya loe selalu tersenyum di depan gue. “. Kami terdiam sejenak. Aku hanya tersipu malu. Tiba-tiba…
“ Tata, gue akui. Gue suka sama loe. “ ungkap Bayu yang sontak mengagetkanku. Aku menjawab ungkapannya dengan memeluknya. Air mataku menetes begitu saja. Iba melihat ketegaran Bayu dibalik penderitaannya.
Gue juga Bay. Gue suka sama loe. “
***
Tiga bulan pun berlalu, berjalan seiring dengan waktu. Akhirnya Bayu melewati masa-masa kritisnya. Bayu kembali menjalani hari-harinya seperti biasa.
Hari itu juga, tepat tiga bulannya hari jadiku dengan Bayu sebagai kekasih. Bayu mengajakku ke lapangan dekat bandara, seperti biasanya. Ia sudah menyiapkan beberapa lembar kertas. Aku langsung menuliskan curahan hatiku pada beberapa lembar kertas. Begitu juga dengan Bayu. Aku pun mencoba merayu Bayu agar aku bisa membaca salah satu curahan di kertas-kertas itu.
“ Bay… boleh gak gue membaca salah satu tulisan loe di kertas-kertas itu? “. Sontak Bayu berhenti menulis dan menyimpan kertasnya.
“ Emm… jangan ya. Belum saatnya loe tahu. “. Aku hanya terdiam melihat tingkah lakunya. Malu. Ingin tahu saja diriku ini. Aku tak memaksanya lagi. Kulanjutkan tulisanku tadi.
Beberapa menit kemudian, aku dan Bayu menerbangkannya ke langit. Hhhh… lega rasanya.Berbagai penat di hati juga dapat terbuang. Aku dan Bayu duduk kembali di hamparan rumput.
“ Ta…? “
“ Hmm…? “
“ Kalo sudah waktunya gue dipanggil Yang Kuasa, tolong jangan menyerah atas apa yang terjadi, jangan males-malesan, dan jangan sedih saat gue tinggal nanti. Ya…? “
“ Iya sayang… Aku turutin kok. “ ucapku dengan perasaan sedih yang begitu mendalam. Rasanya sakit saat engkau pergi jauh…jauh sekali dari diriku. Dan engkau tak mungkin akan kembali lagi.
“ Baguslah. Biar gue tenang disana. Terima kasih.“ ucap Bayu dengan senyuman indahnya. Aku hanya membalas senyumnya. Namun aku tak berani menatapnya, tak berani menjawabnya. Aku takut dia tahu, kalau aku begitu sedih melihatnya, dan juga pada saat dia pergi. Aku takut ia melihat air mataku yang jatuh di pipi ini. Tetes demi tetes.
***
Hhhh… Baru lima hari masuk sekolah, Bayu tak masuk lagi. Mungkin penyakitnya kambuh. Penyakit yang se-serius itu dengan umurnya yang masih muda. 17 tahun. Rasanya sepi hari ini tanpa dirinya.
Tiba-tiba saja dadaku sesak dan terasa sakit, jantungku juga berdebar kencang. Ada apa ini? Tiba-tiba saja aku memikirkan Bayu. Kuraih handphone-ku, dan kutelpon dia. Tak ada yang menjawab. Ada apa ini? Perasaan panikku mulai menjadi-jadi. Segera aku mengajak Adi untuk ke rumah Bayu. Untungnya jam pelajaran usai.
Beberapa menit dari sekolah, di depan gang rumahku dan Bayu, bendera kuning berkibar. Pikiranku kepada Bayu langsung tak enak. Lekas aku turun dari sepeda motor Adi, dan bergegas menuju rumah Bayu. Mama mencegahku masuk ke rumah Bayu. Mama memelukku sambil menangis.
Kulihat dari salah satu sisi jendela rumah Bayu, terlihat Bayu terbujur kaku di ruang tamunya. Kulepaskan pelukan Mama dan bergegas menuju tubuh kaku Bayu. Aku terdiam dan terduduk lemas. Begitu pucatnya wajah Bayu. Kupegang tangan Bayu, dingin… dingin sekali. Kupeluk erat-erat tubuh Bayu. Bangun Bayu… ayo bangun! Tapi tetap saja kau tak mau bangun.
Kulihat Mama Bayu sudah setengah sadar, beliau terlihat tak mau menerima kenyataan ini. Kupeluk Mama Bayu, “ Ikhlaskan Bayu, tante. Ia tak mau melihat tante seperti ini. Ia telah berpesan seperti itu kepadaku. “. Aku pun larut dalam suasana itu. Lama-lama air mataku menetes, menganak sungai. Aku tak boleh menangis, tak boleh bersedih. Dia tak mau mendengar dan melihat tangisanku dari sana. Tiba-tiba Mama Bayu menyodorkan sekantong plastik yang berisikan kertas. Kertas-kertas yang tiap kali ditulis Bayu di lapangan, ia tulis kembali di kertas-kertas lain dan disimpannya.
***
Kini kutahu rahasia-rahasimu pada pesawat-pesawat kertas itu Bayu. Semua anganmu, semua impianmu, semua cita-citamu kepada orang-orang sekitarmu. Anganmu adalah ingin membahagiakan orang tuamu tanpa menyusahkan mereka. Impianmu adalah ingin hidup lebih lama lagi, dan ingin menghapus semua air mata orang sekitarmu. Cita-citamu adalah ingin bersama diriku lebih lama lagi, pergi mengelilingi dunia bersama cinta kita, dan apabila engkau pergi, kau berharap aku bersama orang yang tepat dan yang kucintai. Dan engkau berharap, aku tak bersedih dan meratapi kepergianmu yang jauh… jauh sekali dari diriku. Semoga kau tenang di sana. Akan kuterbangkan pesawat-pesawat kertas untukmu, setinggi mungkin. Akan kusimpan dan kukenang semua cerita kita hingga akhir hayatku. Selamat tinggal… Bayu...

2 comment:

top
Vaniarta Shintyarani mengatakan...

ceritanya bagus fa, cuma itu, pas udah jadi besar, kamu kasih keterangan kaya "beberapa tahun kemudian....." aja :D

tapi overall bagus, buat lagi yaa :)

Rafi Karttika Sari Gunawan mengatakan...

bagus :)

Posting Komentar

Search

WELCOME...

welcome...this is my world... you can enjoy this blog with my interesting post... :D
..selamat menikmati *hlo?

aLhaMduLiLLah yaa... :D

Followers

this is me!!!

Foto saya
Malang, Jawa Timur, Indonesia
my world is your world... this world can bring you, to go to teenage dream... :D

PaLing PoP deh...

Please Look at this :